Archive for April 14th, 2010

Mayat Berumur 2.150 Tahun Masih Tetap Utuh


Sesosok jasad wanita berusia 2.150 tahun dalam keadaan basah dan utuh diawetkan dengan teknologi tinggi oleh tim ahli China dan dipamerkan di museum Changsha, Provinsi Hunan, China, jadi sasaran kunjungan wisatawan seperti yang dikutip dari Kompas. Mayat 2.150 Tahun Masih Utuh dan Segar Dari museum peninggalan benda bersejarah China di Kota Changsha itu hari Kamis dilaporkan, mayat tersebut utuh bagai manusia hidup dan diletakan dalam kotak bening berisi cairan pengawet. Mayat wanita bernama Sinzui tersebut berkulit putih pucat, dengan mata tertutup, lidah terjulur dan berambut hitam dengan tinggi badan mencapai 158 sentimeter.

Berdasarkan atas data di museum tersebut, mayat itu ditemukan tahun 1972 dalam peti kayu berukuran panjang lima meter, lebar dua setengah meter dan tinggi dua meter, yang terkubur pada kedalaman 20 meter dari permukaan tanah di kawasan perbukitan Mantui, Changsha.

Soe Hok Gie


Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.

hok-gie

Baca selengkapnya…

Sitor Situmorang & Si Singamangaradja


Museum Bronbeek di Arnhem, Belanda, Januari 2008 silam mengetengahkan Tanah Batak sebagai tema utama. Pemimpin gerilya dan raja Batak terakhir Si Singamangaradja XII tewas di tangan Tentara Hindia Belanda pada tahun 1907. Hans van den Akker, konservator Museum Bronbeek, sempat berbincang dengan Sitor Situmorang mengenai kejadian-kejadian historis mengenaskan di awal abad ke-20.

Penyair Sitor Situmorang (85) menjelaskan secara detail – tanpa kenal lelah – peristiwa di sekitar tahun 1907 melalui perspektif tradisi Batak. Kematian tragis Si Singamangaradja XII menyebabkan ‘perpecahan’ budaya Batak Toba setelah wilayah tersebut sepenuhnya jatuh di bawah kekuasaan kolonial Hindia Belanda. Musim panas 2007 lalu, Situmorang berkeliling di Sumatera Utara dan menjadi tamu kehormatan acara peringatan 100 tahun wafatnya Si Singamangaradja XII.

Sitor Situmorang dilahirkan di Harianboho, 2 Oktober 1924. Desa ini terletak di kaki gunung Pusuk Buhit yang dianggap magis dan sakral di Tanah Batak. Sitor cilik sudah biasa mendengar sajak dan cerita-cerita heroik mengenai kakek moyangnya. Salah satu cerita tersebut yang paling terkenal adalah Si Singamangaradja. Ompu Babiat, ayah Sitor, masih berkerabat dengan Si Singamangaradja dan dikenal sebagai salah seorang pemimpin pasukan Si Singamangaradja.

Baca selengkapnya…

Betul Bung Karno Ditodong Jendral?


Pintu kamar Bung Karno diketuk pengawal. Ada  perwira Angkatan Darat yang ingin bertemu presiden. Mereka diutus oleh Suharto. Ada map merah muda di tangan salah seorang jendral. Di dalamnya berisi naskah yang mesti ditandatangani Sukarno.

Naskah itu tidak segera ditandatangani Sukarno. Dia sempat bertanya tentang mengapa kop surat itu dari Markas Besar Angkatan Darat. Seharusnya Surat Perintah itu ber-kop surat kepresidenan. Tapi pertanyaan Sukarno hanya dijawab Jendral Basuki Rachmat, “Untuk membahas, waktunya sangat sempit. Paduka tandatangani saja”.

Kesaksian ini dituturkan Sukardjo Wilardjito, mantan pengawal Presiden Sukarno.  Sesudah jatuhnya Sukarno, Sukardjo pernah dipenjara oleh rezim Orba selama 14 tahun tanpa proses pengadilan, termasuk menjalani beragam penyiksaan, disetrum puluhan kali dan dipaksa mengaku PKI.


Sukardjo Wilardjito

Baca selengkapnya…